july 15: oiyama. 04.59 am from kushida shrine for higashi, nakasu, nishi, chiyo, ebisu, doi, daikoku teams. the main event of hakata gion yamakasa, since more than 760 years ago.
siang tidak cukup terik untuk berjalan sendirian kali ini. senjata dan amunisi sudah lengkap dan dibersihkan. siap menebas tanpa batas, kecuali jadwal bis yang terbatas. haruslah cermat menghitung waktu.
diketinggian bukit yang sejuk, telah berkumpul para pemanah dengan pakaian lengkap ala mushasi. tiupan kerang menandakan acara akan dimulai. berkelebatlah anak panah mencapai sasaran. sebagian meleset. menandakan akan meleset pulakah harapannya di tahun yang baru ini? saya tidak bisa menafsirkannya. iimori shrine terkenal dengan kemampuan memanah para pengikutnya. pun saat diatas kuda, mendarah daging ratusan tahun lamanya. masihkan akan berperang dengan berpanah? negeri ini luluh lantak kala hiroshima dan nagasaki, namun merajai dunia setelahnya dengan kemenangan perang teknologi. kini, negeri ini sedang berperang budaya. antara adiluhung yang penuh tata, dan modern yang serba instan. kuil tidak lagi dipenuhi dengan kimono. batik saya ada dimana yah? jelang sore pada satu jam perjalanan pulang acap kali terlelap, antara ingatan, apa yang diperbuat setahun lalu. menerawang menembus bangku-bangku kosong, lantas memecahkan kaca depan yang menghalang. kemana anak panah akan saya arahkan?
riuh serempak penarik 14 gerobak 1,6 – 3 ton. akajishi, aojishi, urashima taro to kame, minamoto yoshitsune no kabuto, tai, hoomaru, hiryu, kinjishi, takeda shingen no kabuto, uesugi kenshin no kabuto, shutendouji to minamoto yoritmitsu no kabuto, tamatorijishi, shachi, shichihoumaru. bentuk naga, ikan, kura-kura, topeng perang, singa dan perahu. saya menikmati karatsu kunchi, dilakukan sejak > 1250 tahun lampau, diantara angin dingin yang mulai merontokkan daun-daun kering, diantara geliat anak muda dengan dandanannya, diantara gedung dan tiang reklame produk-produk terkenal negeri seribu topan badai ini. semua usia terlibat. orang tua sudah pasti. anak-anak pun turut menarik. sebagain tenggelam dalam gerobak. menabuh gendang meniup seruling. sesekali menebar garam, menyemangati perang. mengangkat ikatan kain-kain menyerupai bendera. enya…enya…enya!, mengaliri jalanan sempit karatsu selama 3 hari. dan saya mengalir dengan orinoco-nya enya versi techno dj tiesto di biru langit sejuk. mengagumi para pecinta seni cahaya dengan senjatanya. digital, negative, slide, medium format berbaur satu, berdiri diatas tangga-tangga segitiga. Menangkap suasana mengolah rasa. dan jajanan pinggir jalan yang menggiurkan itu. menyandingkan kebudayaan leluhur dengan kemajuan teknologi modern. kiranya begitu kata mutiara negeri ini. siapapun tidak bisa menyangkal kedahsyatan kemajuannya. namun masih ditemukan kuratsu yang mengisi sela-selanya. mengingat lama yang luhur, menciptakan baru yang manjur. dan saya teringat janger 1897 saka-geger gelgel-guruh gypsi: kalau kawan tak hati-hati bisa punah budaya asli, kalau punah budaya asli, harga diri tak ada lagi apakah negeri ini hati-hati? satu episode mimpi diatas kereta mengantarkan saya pada sebuah festival internasional. berharap menghabiskan hari bersama wirna warni balon udara. berdesak-ribuan-berharap cemas antara tiupan angin, matahari sore, dan kelebat bendera peserta. dimanakah merah putih-ku? angin kencang mengecawakan. atas nama hati-hati. tidak mengguman tidak menggaduh. desakkan gerbong terakhir mari nikmati. kembalilah bersama kembang hati, semangat padi, nyanyian bunga. dan aku menanti.